Selasa, 12 Maret 2013

CARA MAKAN YANG SEHAT


(PICASAWEB.GOOGLE.COM)
(PICASAWEB.GOOGLE.COM)
(Epochtimes.co.id)
Orang Tionghoa merayakan tahun baru mereka dengan makan malam meriah bersama keluarga besar di malam tahun baru. Hidangan yang lezat menjadi mata rantai yang paling penting.
Pakar gizi dan kesehatan mengatakan, jika menghendaki tubuh sehat di tahun baru jagalah berat badan dan untuk melawan penyakit serta menjalani gaya hidup sehat, belajarlah dari negara yang paling sehat di dunia. Dari jenis makanan, cara memasak, dan pola hidupnya yang berbeda dapat menjelaskan mengapa masyarakat dengan latar belakang kebudayaan tertentu, memiliki tubuh agak lebih langsing, lebih sehat, dan panjang umur.
Seperti yang dilansir oleh Voice of America, beberapa tahun setelah mengelilingi banyak daerah di dunia, seorang pakar fitness, Harry B, mendapatkan wawasan baru mengenai pola makan dan pola hidup dari negara-negara paling sehat di dunia. Di buku terbarunya “Lima Elemen Makanan Dunia”, tertuang daftar 10 negara dengan kategori paling sehat.   
Ia mengatakan, “Saya berpendapat, orang Jepang adalah bangsa paling sehat di dunia. Usia mereka paling panjang, dengan kasus obesitas, penyakit jantung, dan kencing manis paling rendah.”
Bagi bangsa Jepang, makanan apa yang perlu dikonsumsi dan bagaimana mengonsumsinya telah membuktikan  mengapa mereka menjadi bangsa dengan ragam kuliner yang paling sehat: “Di Jepang, setiap hidangan dianggap sebagai sebuah karya seni. Estetikanya bagus, rasanya nikmat, dan bentuknya sederhana. Mereka termasuk kelompok manusia dengan konsumsi berbagai jenis ikan, kedelai, rumput laut, dan teh hijau terbesar di dunia. Mereka akan berhenti makan jika telah terasa kenyang 80%. Setelah 10 menit, mereka akan memutuskan apakah melanjutkan makan atau tidak. Kebanyakan, mereka akan merasa sudah kenyang dan tidak melanjutkannya lagi.”
Selain Jepang, Korsel juga termasuk dalam daftar 10 besar negara dengan kebiasaan kuliner sehat. Termasuk didalamnya Israel, Swedia, dan Prancis, serta dua negara mediterania, Yunani dan Italia.
Harry mengatakan, “Makanan Italia sangat sehat. Dari lentil (sejenis kacang-kacangan, miju-miju) sampai buncis, keju sampai hidangan kecil, mie buatan sendiri. Porsi terbanyak dilakukan saat makan siang, bukan makan malam. Makan besar hanya dilakukan pada Minggu, tidak setiap hari. Selain itu, mereka juga memiliki kebiasaan jalan-jalan bersama keluarga tiap kali seusai makan malam.”
Dokter spesialis jantung kenamaan, Richard Collins, mengatakan, ia sering menyarankan makanan ala Mediterania pada para pasiennya: “Makanan Mediterania kaya akan sayur-mayur, buah-buahan, biji-bijian, daging tanpa lemak, dan unggas serta ikan yang kaya lemak Omega-3. Dari pola hidup dan makan, bisa dilihat jika aktivitas fisik dan penyerapan kalori telah mencapai keseimbangan.”
Collins dijuluki sebagai pakar memasak untuk pasien sakit jantung. Ia mengatakan, ilmu kedokteran dan keahliannya memasak, membuatnya dapat membantu pasien memahami bagaimana cara memasak yang tidak benar sehingga menyebabkan makanan menjadi tidak sehat.
Collins mengatakan, “Kesalahan pertama, menggunakan bahan makan yang tidak sehat, tidak memperhatikan karakter bahan. Kedua, cara memasaknya tidak benar atau berlebihan, baik direbus maupun digoreng, sampai makanan berwarna gelap, harus gosong. Cara memasak seperti ini dapat merusak vitamin penting di dalam makanan.”
Buku Cancer, A New Lifestyle karangan dr. David Joseph Schreiber, menyampaikan bahwa kita perlu mencoba sedikit meng-ubah cara konsumsi dan memasak, agar bermanfaat bagi kesehatan.
Ia mengatakan, “Baru-baru ini sebuah penelitian menemukan, perempuan yang mengonsumsi sejenis jamur sebanyak 3 kali setiap minggu bisa menurunkan risiko terjangkit kanker payudara sebanyak 50%. Meminum teh hijau 3 kali seminggu dan setiap kali minum 3 gelas, juga bisa menurunkan risiko terkena kanker payudara sebesar 50%. Jika dilakukan keduanya, risiko terserang kanker payudara menurun hingga 89%. Angka-angka itu mengejutkan, karena Anda hanya perlu mengonsumsi memakan sejenis jamur dan meminum teh hijau. Sebagian bumbu seperti kunyit, timi, rosemari, oregano, guaiac, mint (tanaman yang biasa digunakan sebagai bumbu atau penyedap rasa dalam kuliner), dan lainnya, juga mampu menurunkan risiko terkena kanker, sehingga kondisi si pasien tidak sampai memburuk.”
Pengarang buku The Smart Way To Maintain The Most Healthy, dr. Kelly Traver, juga menyetujui teori tersebut. Ia mengatakan, wawasan tentang makanan paling sehat di dunia lebih mudah diperoleh di masa kini, ia dapat membantu kita melawan musuh paling berbahaya yakni - obesitas: 
“Sudah banyak diketahui jika obesitas tidak hanya menyimpan energi tubuh kita. Realitanya, setiap sel lemak minimal mengeluarkan 100 macam lebih unsur kimia. Unsur-unsur kimia itu bisa menyebabkan kanker, penuaan dini, demensia (pikun), arthritis (peradangan dan kekakuan pada sendi), dan penyakit jantung. Oleh karena itu, dampak obesitas terhadap kesehatan sangat besar, tidak hanya mempengaruhi penampilan luar.”
Ahli gizi dan kesehatan menjelaskan pentingnya memahami pemilihan makanan, sekaligus belajar dari negara paling sehat di dunia, sehingga dapat membuat hidup kita lebih sehat.  (The Epoch Times / whs)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar