|
Orang
Tionghoa merayakan tahun baru mereka dengan makan malam meriah bersama
keluarga besar di malam tahun baru. Hidangan yang lezat menjadi mata
rantai yang paling penting.
Pakar
gizi dan kesehatan mengatakan, jika menghendaki tubuh sehat di tahun
baru jagalah berat badan dan untuk melawan penyakit serta menjalani gaya
hidup sehat, belajarlah dari negara yang paling sehat di dunia. Dari
jenis makanan, cara memasak, dan pola hidupnya yang berbeda dapat
menjelaskan mengapa masyarakat dengan latar belakang kebudayaan
tertentu, memiliki tubuh agak lebih langsing, lebih sehat, dan panjang
umur.
Seperti yang dilansir oleh Voice of America,
beberapa tahun setelah mengelilingi banyak daerah di dunia, seorang
pakar fitness, Harry B, mendapatkan wawasan baru mengenai pola makan dan
pola hidup dari negara-negara paling sehat di dunia. Di buku terbarunya
“Lima Elemen Makanan Dunia”, tertuang daftar 10 negara dengan kategori paling sehat.
Ia
mengatakan, “Saya berpendapat, orang Jepang adalah bangsa paling sehat
di dunia. Usia mereka paling panjang, dengan kasus obesitas, penyakit
jantung, dan kencing manis paling rendah.”
Bagi
bangsa Jepang, makanan apa yang perlu dikonsumsi dan bagaimana
mengonsumsinya telah membuktikan mengapa mereka menjadi bangsa dengan
ragam kuliner yang paling sehat: “Di Jepang, setiap hidangan dianggap
sebagai sebuah karya seni. Estetikanya bagus, rasanya nikmat, dan
bentuknya sederhana. Mereka termasuk kelompok manusia dengan konsumsi
berbagai jenis ikan, kedelai, rumput laut, dan teh hijau terbesar di
dunia. Mereka akan berhenti makan jika telah terasa kenyang 80%. Setelah
10 menit, mereka akan memutuskan apakah melanjutkan makan atau tidak.
Kebanyakan, mereka akan merasa sudah kenyang dan tidak melanjutkannya
lagi.”
Selain
Jepang, Korsel juga termasuk dalam daftar 10 besar negara dengan
kebiasaan kuliner sehat. Termasuk didalamnya Israel, Swedia, dan
Prancis, serta dua negara mediterania, Yunani dan Italia.
Harry
mengatakan, “Makanan Italia sangat sehat. Dari lentil (sejenis
kacang-kacangan, miju-miju) sampai buncis, keju sampai hidangan kecil,
mie buatan sendiri. Porsi terbanyak dilakukan saat makan siang, bukan
makan malam. Makan besar hanya dilakukan pada Minggu, tidak setiap hari.
Selain itu, mereka juga memiliki kebiasaan jalan-jalan bersama keluarga
tiap kali seusai makan malam.”
Dokter
spesialis jantung kenamaan, Richard Collins, mengatakan, ia sering
menyarankan makanan ala Mediterania pada para pasiennya: “Makanan
Mediterania kaya akan sayur-mayur, buah-buahan, biji-bijian, daging
tanpa lemak, dan unggas serta ikan yang kaya lemak Omega-3. Dari pola
hidup dan makan, bisa dilihat jika aktivitas fisik dan penyerapan kalori
telah mencapai keseimbangan.”
Collins
dijuluki sebagai pakar memasak untuk pasien sakit jantung. Ia
mengatakan, ilmu kedokteran dan keahliannya memasak, membuatnya dapat
membantu pasien memahami bagaimana cara memasak yang tidak benar
sehingga menyebabkan makanan menjadi tidak sehat.
Collins
mengatakan, “Kesalahan pertama, menggunakan bahan makan yang tidak
sehat, tidak memperhatikan karakter bahan. Kedua, cara memasaknya tidak
benar atau berlebihan, baik direbus maupun digoreng, sampai makanan
berwarna gelap, harus gosong. Cara memasak seperti ini dapat merusak
vitamin penting di dalam makanan.”
Buku Cancer, A New Lifestyle karangan
dr. David Joseph Schreiber, menyampaikan bahwa kita perlu mencoba
sedikit meng-ubah cara konsumsi dan memasak, agar bermanfaat bagi
kesehatan.
Ia
mengatakan, “Baru-baru ini sebuah penelitian menemukan, perempuan yang
mengonsumsi sejenis jamur sebanyak 3 kali setiap minggu bisa menurunkan
risiko terjangkit kanker payudara sebanyak 50%. Meminum teh hijau 3 kali
seminggu dan setiap kali minum 3 gelas, juga bisa menurunkan risiko
terkena kanker payudara sebesar 50%. Jika dilakukan keduanya, risiko
terserang kanker payudara menurun hingga 89%. Angka-angka itu
mengejutkan, karena Anda hanya perlu mengonsumsi memakan sejenis jamur
dan meminum teh hijau. Sebagian bumbu seperti kunyit, timi, rosemari,
oregano, guaiac, mint (tanaman yang biasa digunakan sebagai bumbu atau
penyedap rasa dalam kuliner), dan lainnya, juga mampu menurunkan risiko
terkena kanker, sehingga kondisi si pasien tidak sampai memburuk.”
Pengarang buku The Smart Way To Maintain The Most Healthy,
dr. Kelly Traver, juga menyetujui teori tersebut. Ia mengatakan,
wawasan tentang makanan paling sehat di dunia lebih mudah diperoleh di
masa kini, ia dapat membantu kita melawan musuh paling berbahaya yakni -
obesitas:
“Sudah
banyak diketahui jika obesitas tidak hanya menyimpan energi tubuh kita.
Realitanya, setiap sel lemak minimal mengeluarkan 100 macam lebih unsur
kimia. Unsur-unsur kimia itu bisa menyebabkan kanker, penuaan dini,
demensia (pikun), arthritis (peradangan dan kekakuan pada sendi), dan
penyakit jantung. Oleh karena itu, dampak obesitas terhadap kesehatan
sangat besar, tidak hanya mempengaruhi penampilan luar.”
Ahli
gizi dan kesehatan menjelaskan pentingnya memahami pemilihan makanan,
sekaligus belajar dari negara paling sehat di dunia, sehingga dapat
membuat hidup kita lebih sehat. (The Epoch Times / whs)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar