Kamis, 04 April 2013

Pekerjaan adalah Penyebab Utama Stres


'Pieta House Press Pack - Counselling and Support - Pieta House (10 of 28)' photo (c) 2010, Joe Houghton - license: http://creativecommons.org/licenses/by/2.0/
Pekerjaan merupakan penyebab stres nomor satu, yang dapat berdampak besar terhadap kesejahteraan masyarakat. Menurut survei terhadap 2.000 orang oleh lembaga nirlaba Inggris Mind, 34% dari orang yang disurvei menganggap pekerjaan mereka membuat stres, melebihi masalah kesehatan (17%) atau masalah uang (30%).
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa stres dari pekerjaan meningkatkan risiko serangan jantung sebesar 23%. Studi ini menunjukkan bahwa 7% dari mereka yang disurvei sedemikian stres sehingga memiliki pikiran bunuh diri dan 18% mengembangkan gangguan kecemasan.
Stres umumnya mendorong orang untuk minum (alkohol) dan menggunakan obat-obatan, karena mereka pikir hal itu akan membantu mereka mengatasinya. Menurut penelitian ini, hampir 3 dari 5 orang (57%), minum setelah bekerja dan 1 dari 7 minum selama bekerja untuk membantu mengatasi stres.
Cara lain yang digunakan orang untuk mencoba mengatasi stres adalah:
  • merokok – 28%
  • mengambil antidepresan – 15%
  • mengambil pil tidur non-resep -16%
  • mengambil pil tidur yang diresepkan – 10%
Temuan penting lainnya:
  • Satu dari lima orang mengambil cuti sakit karena stres tetapi memberikan alasan yang berbeda untuk ketidakhadiran mereka.
  • Satu dari 10 telah mengundurkan diri karena stres.
  • Satu dari lima orang mengatakan mereka tidak berani memberitahu manajer mereka bahwa mereka terlalu stres.
  • Dari 22 persen yang memiliki masalah kesehatan mental terdiagnosis, kurang dari setengahnya telah memberitahu atasan mereka tentang diagnosis tersebut.
Kepala eksekutif Mind, Paul Farmer, mengatakan: “Masalah kesehatan mentalterkait pekerjaan adalah masalah yang terlalu penting bagi bisnis untuk diabaikan. Penelitian kami menunjukkan bahwa karyawan masih mengalami tingkat stres yang tinggi di tempat kerja, yang berdampak negatif bagi kesehatan fisik dan mental. Kita tahu sekarang bahwa satu dari enam pekerja mengalami depresi, stres atau kecemasan dan survei kami memberitahu kita bahwa sebagian besar manajer tidak merasa bahwa mereka memiliki pelatihan yang cukup atau bimbingan yang mendukung mereka.
Aturan jam kerja yang fleksibel dan cuti tahunan yang leluasa mendukung kesejahteraan mental karyawan. Tiga dari lima orang mengatakan bahwa jika perusahaan mengambil tindakan untuk mendukung kesejahteraan mental semua karyawan, mereka akan lebih loyal, termotivasi, berkomitmen dan  cenderung untuk merekomendasikan tempat kerja mereka sebagai tempat yang baik untuk bekerja.



http://majalahkesehatan.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar